Ihsan Magazine - Seluruh anggota keluarga telah berada di depan meja makan untuk menunggu datangnya waktu maghrib, untuk berbuka puasa. Sekalipun makanan yang terhidang sangat sederhana, sesuai dengan kemiskinan mereka, tetapi mereka sangat mensyukurinya.
Sementara sang ayah, pikirannya sedang kacau karena memikirkan sikap orang yang menghutanginya uang. Orang tersebut bersifat sombong dan selalu mengancam jika hari ini tidak bisa melunasi hutangnya.Dari mana keluarga miskin ini akan dapat mengembalikan hutangnya, sedangkan dia juga tidak bisa memberi makan anak-anaknya? Bagaimana nanti dia akan menemui orang yang sombong tapi bodoh itu?
Tiba-tiba, ketika dia sedang bingung, terdengar pintu rumahnya diketuk sangat keras, seolah-olah rumah akan roboh, diiringi gertakan yang mengagetkan. Kemudian, laki-laki miskin itu membukakan pintu dengan tangan gemetar. Ternyata yang mengetuk pintu ialah pria yang sombong, dengan tatapan mata yang penuh kemarahan. Tanpa berbicara sepatah kata pun, lelaki sombong itu langsung menampar dan menendang serta mencaci lelaki miskin di hadapan anak-anaknya. Anak-anaknya menangis dan berteriak minta tolong, demikian juga dengan ibunya sehingga para tetangga berdatangan. Setelah bermusyawarah–sementara lelaki miskin itu pingsan–orang sombong tersebut
menyanggupi akan meninggalkan rumah si miskin. Ketika itulah azan maghrib bergema.
Bersamaan dengan azan, lelaki miskin itu siuman, lalu menatap lelaki sombong sambil menengadahkan tangan ke langit. Dengan suara terbata-bata dan linangan air mata dia berdoa, “Semoga Allah membalas kejahatanmu, semoga Allah membalas kejahatanmu. “
Berselang sepuluh hari dari kejadian yang memilukan ini, orang sombong itu merasa sakit di bagian betisnya. Dia sudah berkali-kali memeriksakannya ke dokter. Akan tetapi, tidak juga membuahkan hasil. Lalu pindah ke dokter yang lain, di pusat kota. Di rumah sakit inilah kemudian dia dirawat. Ketika masuk ke rumah sakit, dia memiliki dua buah betis utuh, setelah keluar betisnya tinggal satu.
Ternyata dia terkena penyakit kanker pada bagian kakinya. Tidak lama berselang, kakinya yang lain terserang kanker juga. Kini dia meninggalkan rumah sakit tanpa memiliki kaki, tidak bisa berjalan dan harus dibantu orang lain.
Orang sombong tersebut terkena doanya orang miskin yang dizaliminya. Beginilah akhir kehidupan orang yang zalim. Sesungguhnya Allah hanya menunda siksa-Nya, Dia tidak pernah lalai mengawasi perbuatan hamba-Nya. [Mawaqif Dzatu 'Ibar, Dr.Umar al-Asqar]
Dikutip dari Buku Bila Amal Dibayar Kontan, Penerbit Darul Falah
*) P.S: Jika anda benar-benar mengalami kendala untuk mendapatkan wanita pujaan anda,
saya sarankan anda bergabung di
www.pencinta-wanita.com
, silahkan mendaftar menjadi anggota dan pelajari materi-materi yang dikirimkan Ronald Frank lewat email atau baca langsung di member area, untuk sementara pendaftaran anggota gratis. Daftar sekarang juga dan dapatkan bonus senilai Rp10.000.000,- (dibaca sepuluh juta).
0 comments:
Post a Comment